Serombongan keluarga Eropa menempati daerah baru di Amerika Utara. Dari antara mereka, ada satu keluarga yang mencapai sukses dalam usahanya karena bekerja keras. Suatu hari, keluarga ini pergi kekota lain untuk beberapa hari. Namun, ketika mereka kembali mereka sangat terkejut. Seluruh hasil jerih payah mereka tinggal puing-puing bekas kebakaran.

Semuanya musnah.

Si ayah tercenung menyaksikan kejadian itu. Dalam hati, ia menangis mengapa Tuhan membiarkan hasil jerih payahnya musnah dalam sekejap. Tiba-tiba anaknya yang masih kecil datang dan menepuk tangannya sambil berkata,” Yah, mengapa bersedih? Bukankah Tuhan masih menyelamatkan kita?” suara anak itu menyentakkan lamunannya. Ia merasa Tuhan mengingatkannya.

Kehilangan hasil perjuangan memang menyakitkan. Gejolak emosi marah dan kecewa bisa menguasai seseorang hingga ia tak bisa lagi menguasai diri. Namun , kalau kita belajar dari pengalaman Ayub, ada teladan menarik yg dibuat oleh laki-laki dari tanah Us ini. Ia menempatkan hubungannya yang benar dengan Tuhan sebagai hal terpenting dalam hidupnya.

Mulailah kita mengintrospeksi diri dengan meneladani sikap Ayub. Apa pun yang kita miliki tidaklah lebih penting dibanding dengan hubungan kita dengan Allah.

Mempercayai hidup anda sepenuhnya kepada Tuhan jauh lebih berharga dibandingkan semua hal yang anda miliki di bumi ini.




Dari warta REHOBOT edisi ke-464 / 7 juni 2009

0 komentar:

Posting Komentar